Friday, July 3, 2009

Lollipop Lily

Lily duduk di tepi jalan siang itu. Ia menelan ludahnya. Matanya menatap lekat gadis kecil di seberang jalan. Pakaiannya bagus. Tangannya memegangi sebuah permen bergagang. Lily kembali menelan ludah saat melihat gadis kecil mengemut permennya.

Lily memandangi baju kumal yang dikenakannya, sangat kontras dengan baju yang dikenakan oleh gadis kecil di seberang jalan.

Tak lama Lily beranjak pergi, menggendong bonekanya, berjalan santai menuju rumah. Lollipop masih berputar di kepalanya, Lily sangat ingin merasakan permen berwarna merah muda itu.

Di rumah, ia bercerita pada ibunya. Ia ingin sekali mencoba permen itu. Maniskah.

“Sabar, ya… Ly…, nanti kalau ibu punya uang, ibu akan belikan permen itu untuk Lily,” kata ibu sambil mengusap kepala Lily.

Lily mengangguk. Tak lama matanya terpejam. Boneka kecil tanpa rambut, masih dalam dekapannya.

Ibunya memandangi Lily yang sedang tidur. Airmatanya menetes. Ibu meninggalkan Lily yang sedang pulas. Berkeliling kampung, memulung botol air mineral bekas. Sejak ayah Lily meninggal setahun yang lalu, biaya hidup memang digantungkan pada hasil memulung.

***

“Ly…, ini uang untuk beli permen,” kata ibu sambil menyerahkan selembar uang seribuan.

Lily meloncat kegirangan. “Makasih, Bu…, Lily mau beli permennya sekarang.”

Lili berlari meninggalkan ibunya. Boneka gundul tetap setia dalam gendongannya.

“Nyebrangnya hati-hati, ya, Ly…,” teriak ibu. Lily tak mendengar apa yang diteriakkan ibunya. Hatinya diliputi kegembiraan.

Di warung, Lily menyerahkan uang pemberian ibu kepada pemilik warung.

“Mau beli apa, Nak?” tanya pemilik warung.

Lily menunjuk permen yang diinginkannya.

“Oh, lollipop…”

Pemilik warung mengambilkan sebuah lollipop untuk Lily. Lili tersenyum. “Makasih, Bu…,” ujar Lily sambil berlari.

“Awas, Nak!” teriak pemilik warung.

Bug…, mobil sedan menabrak Lily yang tengah berlari. Tubuh Lily terpental sepuluh meter. Sedan putih berhenti tepat di depan warung. Suasana tegang. Pengendara keluar dari mobil, berjalan setengah berlari ke tempat Lily terbaring, diikuti pemilik warung. Darah mengalir dari kepalanya. Boneka gundul tergeletak di samping Lily. Tangan Lily masih memegang lollipop erat.

Senyum kegembiraan masih tampak jelas di wajahnya. Pengendara memegang tangan Lily. Dingin. Tak ada lagi denyut nadi. Pemilik warung menangis iba.

No comments: