Sunday, June 21, 2009

Aku Ingin Menjadi Sebatang Lilin

Ini adalah kisah tentang sebatang lilin. Yang hanya akan digunakan oleh orang saat lampu atau listrik padam, sebagai alat penerangan alternatif. Terkadang ia digunakan pula oleh sepasang kekasih, ya… sekedar untuk membuat suasana terlihat lebih romantis.

Betapa setia lilin-lilin yang dipasang menemani tuannya. Tanpa peduli apa yang akan menimpanya di masa mendatang. Boleh jadi, saat urusan sang tuan selesai, saat itu adalah saat terakhir baginya memberi penerangan, saat terakhir sebelum akhirnya sang lilin lebur menjadi seonggok lilin yang tak lagi berdiri tegak.

Begitulah kisah tentang sebatang lilin. Yang memiliki fungsi sebagai pelengkap. Yang tak dibutuhkan keberadaannya saat kondisi normal.

Aku ingin menjadi sebatang lilin. Tak peduli apa kata orang. Aku tetap ingin menjadi sebatang lilin. Yang mau dan mampu menerangi dengan tulus, meski hanya sebentar, dan meski aku harus binasa karenanya.

Dalam hidup, seringkali kita menunggu masa senang datang, baru berkeinginan membantu orang. Menunggu kelapangan rizki, baru bersedekah. Namun betapa indah jika dalam kondisi terpuruk, kita tetap memiliki semangat untuk membantu orang lain, seperti halnya kaum Anshar, yang mendapat pujian dari Allah swt., yang memberikan bantuan kepada para Muahjirin, meskipun mereka sendiri membutuhkannya.

Aku tak peduli dengan cemooh orang, yang menilai diriku memaksakan diri, bukankah setiap kebaikan harus dipaksakan, sebelum akhirnya menjadi sebuah kebiasaan?

Itsar (mendahulukan kepentingan saudara) berlaku ketika kita dalam keadaan sama terpuruknya dengan orang yang hendak kita bantu. Tidak dikatakan itsar, manakala kita sedang dalam kondisi nyaman saat memberikan bantuan.

Ya… aku ingin menjadi sebatang lilin… kalaupun aku harus binasa karenanya, aku tetap akan merasa senang, minimal ada kepuasan yang kurasakan di saat-saat terakhirku…, menjadikan hidupku bermanfaat bagi orang lain.

No comments: