Wednesday, February 11, 2009

Ziarah Kubur


Seperti biasa, setiap Senin malam selepas shalat ‘isya, aku menghadiri pengajian pekanan di daerah Jakarta Selatan. Ketika aku sampai di rumah ustadz-ku, telah ada beberapa orang teman yang hadir dan tengah bersiap untuk memulai pengajian tersebut dengan lafadz basmalah dan tilawah al-Qur’an.

Aku mengambil posisi duduk agak ke dalam dekat tempat ustadz-ku biasa duduk. Satu per satu teman yang lain datang hingga semua lengkap, kecuali ketua kelompok yang saat itu sedang sibuk mengurusi acara tahlilan di rumah beliau karena mertua beliau wafat Kamis lalu.

Saat itu seperti biasa ustadz membuka pertemuan dengan salam, pujian kepada Allah, dan shalawat kepada Rasulullah saw., kemudian mulai menyampaikan taujihnya. Tetapi malam ini beliau tidak memberikan taujih sebagaimana biasa, beliau hanya memberikan instruksi kepada kami dengan sebuah instruksi yang bagiku sedikit aneh.

“Akhi…, sesungguhnya halaqah itu tidak selamanya dilakukan di tempat yang nyaman seperti saat ini, ada kalanya ia dilakukan di tempat yang tidak biasa, malam ini ana tugaskan kepada antum semua untuk mendatangi kuburan terdekat, kemudian tolong antum merenung di sana sekurang-kurangnya 30 menit. Antum renungi semua amal antum, lalu ana minta kepada antum semua untuk menuliskan satu amal yang menurut antum dapat menyebabkan Allah menitikkan keridhaan-Nya kepada antum, yang dengannya antum dapat meraih surga-Nya. Mengapa akhi? Sebagaimana telah antum ketahui bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga karena amal, seperti yang telah Rasulullah saw. dalam sebuah haditsnya. Saat itu sahabat bertanya, ‘Tidak pula engkau ya Rasul’. Kemudian Rasul menjawab, ‘Ya, tidak pula aku.’ Jadi ana mohon kepada antum untuk merenunginya.”


Begitu tutur ustadz kepada kami. Sesaat kemudian kami bergegas meninggalkan rumah ustadz menuju pemakaman terdekat.

Sesampainya di sana, ketua rombongan meminta izin kepada warga sekitar untuk memasuki area pemakaman. Setelah itu barulah kami memilih tempat untuk merenung, saat itu aku memilih kubur yang tidak dipasangi keramik di atasnya. Sebuah kuburan sederhana, yang hanya terdapat sebatang pohon sebagai pertanda keberadaannya.

Saat menyaksikan gundukan tanah bertahtakan batu nisan dan papan, aku seolah diajak untuk berpikir sejenak tentang amal yang telah aku perbuat. Aku mulai mengurutkan satu per satu amal yang telah kuperbuat, shalat yang kulakukan sangat sulit untuk khusu’, shaum yang kulakukan masih sulit untuk ikhlas, serta amal-amal lain yang jauh dari sempurna.

“Ya Rabb…, jangan hukum aku karena kejahilanku.” Pintaku dalam hati.

Air mataku mengalir perlahan, kemudian akupun berpikir tentang amal apa yang akan aku andalkan untuk meraih ridha-Nya. Saat itu yang terlintas dalam benakku adalah sebuah amal shalih yang ringan untuk aku kerjakan, menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain. Bukankah dalam banyak ayat Allah menyatakan ‘wallahu yuhibbul muhsiniin.’ Ya, amal itulah yang terlintas dalam benakku.

Bukankah Rasul pernah berkisah tentang seorang wanita pelacur yang memberi minum seekor anjing, yang karenanya ia masuk ke dalam surga.

Sungguh berharga pengalaman yang diberikan ustadz kepadaku malam itu, pengalaman yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.

Wallahu a’lam bishshawwab.




Dari Buraidah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Dahulu aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, tapi kini berziarahlah.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka barangsiapa yang ingin berziarah kubur, maka berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kita kepada akhirat.”

No comments: