Tuesday, February 3, 2009

Hakikat Kebahagiaan

Jika ada pertanyaan seperti ini, “Hal apakah yang paling membuatmu merasa bahagia?”, kira-kira jawaban apa yang akan kamu berikan?

Kemungkinan jawabannya adalah ketika keinginan tercapai, ketika mendapat kesenangan, mendapat jodoh (^_^), atau mendapat anak bagi yang telah menikah.

Jika jawaban yang kita berikan seperti jawaban di atas, maka kebahagiaan itu kita kategorikan sebagai kebahagiaan semu. Mengapa? Suatu hari saya pernah mendapat sebuah pernyataan dari seorang teman yang membuat saya ingin menitikkan air mata,

“Akhi, kebahagiaan sejati itu sebenarnya suatu keadaan dimana kita dapat menghadirkan kebahagiaan pada orang lain.” Ungkap teman saya kala itu.

Hingga kini saya berusaha menerapkan prinsip kebahagiaan tersebut, karena Rasul saw. sendiri dalam banyak hadits menganjurkan kita untuk memberikan yang terbaik untuk saudara kita, menghibur mereka di kala mereka terpuruk atau ketika mereka tertimpa musibah.

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” Begitu kata Rasulullah dalam hadits, yang mengandung makna bahwa setiap kita harus menebarkan aura kebahagiaan pada saudara-saudara kita, sehingga dengan hal tersebut ikatan persaudaraan akan semakin kuat.

Belakangan ini, ustadz saya sering sekali menyindir para binaannya yang masih menyandang gelar “Abujangan” agar sesegera mungkin menyempurnakan agama mereka dengan menikah. Untuk saya pribadi yang belum memiliki kesiapan menuju sebuah ikatan pernikahan, sindiran tersebut cukup membuat hati ini goyah, sampai kapan saya dapat mempertahankan argumen bahwa saya belum siap ke arah tersebut. Hingga suatu hari saya mengambil jalur alternatif untuk menjadi ‘pak comblang’, dengan alasan bahwa ketika saya belum mampu menikah, minimal saya dapat meraih berkah dengan menjadi ‘pak comblang’.

Saya sempat berpikir seperti ini, “Siapa tahu status bujangan yang bernilai setengah dalam menjalankan agama dapat meningkat menjadi tiga perempat ketika saya memudahkan teman dalam hal mencari jodoh.”

Namun sebenarnya alasan utama (saat ini) untuk menjadi ‘pak comblang’ tidak lain adalah sebagai realisasi dari semangat untuk menghadirkan kebahagiaan pada sahabat yang saya bantu prosesnya menuju pernikahan. Tentunya akan sangat membahagiakan ketika saya dapat melihat seorang sahabat di pelaminan bersama pasangannya dengan senyum sumringah yang menghiasi wajahnya. Dengan demikian, cita-cita untuk menebar kebahagiaan pun dapat terealisasi.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia (lainnya).”

Semoga hadits di atas dapat memotivasi kita untuk dapat menjadi penebar kebahagiaan di manapun kita berada. Karena tujuan hidup kita sebagai seorang mu’min tidak lain adalah untuk meneruskan perjuangan Rasulullah saw. untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang menebarkan keceriaan kepada siapapun.

Wallahu a’lam bish shawwab.

No comments: