Laskar Pelangi
Ramadhan 1429 H baru saja berlalu, banyak kisah yang kulalui kala itu. Di antara yang berkesan adalah pergi ke bioskop untuk menyaksikan sebuah film yang banyak memberi inspirasi kepada setiap yang menyaksikannya, mendorong orang untuk berbuat sesuatu. Sebuah film garapan Riri Riza dan Mira Lesmana itu diangkat dari kisah pada sebuah novel karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi, ya…, itulah judul film yang membuatku melangkahkan kaki ke tempat yang sebelumnya asing bagiku, menyaksikan sebuah film yang membuatku menitikkan air mata kala menyaksikan adegan-adegannya.
Awalnya aku ragu untuk menyambut ajakan sahabatku kala itu, tetapi setelah kupikir masak-masak akhirnya kuputuskan untuk menerima ajakannya. Alasanku kala itu tidak murni untuk menonton, tetapi juga untuk bersilaturrahim dengan teman-teman yang sudah lama tak berjumpa karena kesibukan masing-masing. Sesampainya di sana, aku sempat berniat untuk kembali ke rumah, mengurungkan niat untuk masuk ke bioskop. Saat itu kami kehabisan tiket masuk untuk pemutaran film pukul 14.30, tetapi akhirnya sahabatku memutuskan untuk ikut jadwal setelahnya, pukul 16.45. Wuih.., untuk menonton Laskar Pelangi kami harus menunggu hampir 4 jam.
Hingga saat ini, aku sudah dua kali menyaksikan pemutaran film Laskar Pelangi di bioskop, dan air mata tetap menetes walau sebenarnya aku telah tahu jalan ceritanya.
I’tikaf
Malam ke-23 Ramadhan, aku i’tikaf di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia bersama teman kerjaku. Saat itu aku sedang bersiap untuk shalat sunnah tarawih, tiba-tiba HP-ku berdering. Kujawab panggilan itu, dari teman pengajianku. Intinya ia meminta kesediaanku untuk datang ke salah satu masji di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Tentu saja aku tidak bisa ke sana karena saat itu sudah pukul 22 lebih, aku tidak membawa kendaraan jadi sulit untuk memenuhi permintaan teman pengajianku.
Sebenarnya aku sangat ingin datang, maklum sudah beberapa pekan aku tidak dapat menghadiri pertemuan rutin pekanan karena kesibukan baru di bulan Ramadhan. Aku kecewa karena temanku terlambat memberi kabar padaku, seandainya dari pagi atau siang hari, tentu aku akan ber-i’tikaf di sana.
Tak terasa waktu fajar tiba, seusai shalat subuh aku bersiap-siap untuk pulang ke rumah bersama temanku. Saat itu di halaman masjid aku melihat sesosok sahabat lama, aku sedikit ragu, khawatir jika salah orang.
“Pak…, pak…” Panggilku.
Aku sengaja tak menyebut nama agar tak malu jika salah orang. Dan ternyata…, ia memang teman lamaku. Senang sekali rasanya, Allah menggantikan kekecewaan yang kurasakan dengan kebahagiaan berjumpa dengan saudara seiman, teman lama yang pernah satu kelompok denganku ketika aku menimba ilmu di Kali Bata.
Sesampainya di rumah aku senyum-senyum sendiri. Teringat dengan pertemuan yang singkat tapi memberi kesan mendalam untuk ukhuwah kami. Teringat pada minyak wanginya yang seolah memberi isyarat keberadaannya pagi itu. Harum khas dirinya, yang selalu aku tercium setiap kali berjumpa dengannya. Sesaat kemudian HP-ku membunyikan nada sms masuk, dari teman kakakku, isinya,
Di sekitar ‘arsy ada
Menara2 dr cahaya.
Di dlmnya ada org2 yg
pakaian dr cahaya &
wajah mrk bercahaya.
Mrk bkn para Nabi &
syuhada, tp para Nabi & syuhada
iri kpd mrk. “Ketika d tanya
oleh para sahabat, Rasulullah saw.
menjwb, “Mrk adlh org2 yg saling
mencintai krn Allah & saling
berkunjung krn Allah.” (HR. Tirmidzi)
smg kita mjd bagian dr mrk.
Amin…
Segera kubalas sms itu,
Syukran ya mba, taushiyah yg pas sekali.
Pagi ini sy b’jmpa dg shbt lama yg sdh
lama sy rindu dan cintai krn-Nya.
Smg ini tnd keridhaan-Nya. Aamiin…
Wednesday, October 8, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment