Tuesday, July 15, 2008

Remah-remah Ukhuwah

B’temu dgnmu adlh takdir,
mjd shbtmu adlh pilihan & ksmpatn,
mjd saudaramu adlh kebahagiaan,
dan melihatmu tersenyum adlh buah
ukhuwah yg tak ternilai.
Kpn ya bs lht senyum ant lg?

Kata-kata ini kudapat dari ponsel kakakku, aku memintanya untuk mengirimkan sms itu ke nomorku agar aku tak perlu repot menyalinnya. Rencananya akan kukirim pesan itu pada sahabat-sahabatku, aku ingin mengetahui respon mereka ketika menerima pesan itu.

Satu per satu kukirim pada orang yang kuanggap dekat denganku. Ternyata dari sekitar 4 nomor yang kukirimi, hanya satu orang yang merespon dengan mengirim sms balasan, isinya seperti ini,

Semoga istirahatmu malam ini
dijadikan di antara keberkahan
yang terindah setelah aktifitas
kebaikanmu hari ini. TETAP
BERSEMANGAT.

Yang lain tak membalas mungkin karena beberapa faktor, bisa karena sudah tertidur, tak ada pulsa, atau memang karena merasa sms itu tak memerlukan jawaban. Biar waktu yang menjawabnya.

Ada yang menarik pada kata-kata yang kukirim ke beberapa orang sahabat. Di situ disebutkan bahwa ketika kita bertemu seseorang adalah takdir, di mana Allah-lah yang telah mengatur semua proses kehidupan yang akan dijalani oleh manusia. Setiap yang terjadi pada manusia telah tercatat pada kitab yang nyata (lauh Mahfuzh). Kemudian, ketika Allah telah mempertemukan kita dengan seseorang, langkah selanjutnya adalah mengenal lebih dekat sosok orang tersebut yang mungkin kelak bisa dijadikan sebagai sahabat. Hal ini merupakan pilihan dan kesempatan, pilihan untuk menjalin silaturrahim setelah pertemuan atau putus tak berbekas. Kesempatan yang ada merupakan bagian dari nikmat yang diberikan oleh Allah, kesempatan untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Ya, karena itu memang sudah fitrah dan sunnatullah, manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan tujuan untuk saling mengenal satu dengan lainnya.

Salah satu kebiasaanku yang hingga kini masih tetap kulestarikan adalah meminta nomor HP, telepon, atau apapun yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjalin ukhuwah di lain waktu. Karena bisa jadi kesempatan yang diberikan Allah kepadaku sangat singkat untuk berjumpa dengan seorang teman. Dengan nomor itulah aku menguatkan tali silaturrahim yang telah terjalin.

Walau hanya menanyakan kabar atau berbasa-basi, tapi sms itu sangat berarti untuk kelangsungan ukhuwah selanjutnya. Biasanya, setelah petemuan itu, ketika sampai di rumah aku akan mengirimkan sebuah pesan sederhana, bertanya sudah sampai rumah atau belum, dan lain sebagainya. Menurutku hal itu sangat efektif, karena aku pikir jika sms itu dikirim setelah berganti hari atau pekan, tak ada kesan yang mendalam. Bisa juga orang yang bersangkutan telah lupa dengan kita karena padatnya aktifitas dan telah bertemu banyak orang setelahnya.

Oya, kok bahasannya jadi serius ya… aku juga nggak tahu kenapa bisa begitu, mungkin sudah bawaan kali, kalau bicara hal seperti ini jadi serius. Semoga yang baca nggak bad mood ya…

Wah, jadi teringat dengan 4 orang saudari perempuan seiman teman kakak perempuanku yang menjengukku ketika aku dirawat di RS lalu. Mereka menganggapku terlalu kaku dan tak bisa sedikit bertoleransi, tak bisa mencairkan suasana gitu deh. Padahal sejatinya aku memang pendiam, tapi jika sudah ‘terinfeksi’ virus bocor, ya aku juga akan bocor kok, tapi masih bisa dikontrol bocornya. Mungkin rembes tepatnya. Kok jadi narsis ya? Tapi sekali-kali nda apa-apa kan… yang penting gak keterusan.

Bagiku persahabatan adalah hiasan kehidupan, maka dari itu ketika ada kesempatan akan kukejar betapa pun sulitnya. Terkadang aku suka bicara sendiri seperti ini,

“Kok sepi banget ya, nggak ada yang sms apa?”

Setelahnya biasanya aku akan mengirim sebuah pesan dengan harapan mendapat balasan. Jika ternyata tak ada balasan yang kudapat, aku sudah cukup senang karena HP-ku sudah meneriakkan slogan tanda persahabatan…

Untukmu sahabat… tetaplah bersemangat menjalani kehidupan, jangan remehkan setiap kesempatan yang Allah berikan, meski hanya dengan mengucapkan “Selamat beristirahat sahabat, semoga malammu penuh berkah dan keimanan…”

Sebagai penutup, kutulis sebuah pesan singkat tanda persahabatan yang didasari keimanan. Simak ya… isinya seperti ini,

Jadikan yg tebal itu iman,
yang tipis itu lidah, yang
tajam itu akal, yang lembut itu
hati, yang ringan itu shalat,
yang luas itu ilmu, dan…
yang manis itu senyumanku…

No comments: