Monday, July 7, 2008

My Holy Qur'an (lanjutan)

Sore sepulang dari tempat kerja, rumahku ramai dengan canda. Keponakan semata wayangku masih di rumahku bersama ibu dan abi-nya. Aku pun ikut mencandainya, lalu melepas jaket hitam yang biasa kukenakan.

Setelah melepas jaket, biasanya aku akan ke dapur untuk mengisi tenaga yang telah seharian terkuras.

Ketika adzan maghrib berkumandang, aku masih duduk melepas lelah. Setelah itu aku berwudhu untuk menunaikan shalat maghrib berjama’ah di masjid dekat rumah. Sore itu aku meminjam Qur’an milik kakak perempuanku untuk melestarikan kebiasaan, membaca Qur’an di masjid selepas shalat maghrib.

Ketika aku sedang asyik dengan ‘Qur’an baru’, temanku duduk di sampingku. Cukup lama baginya untuk menungguku menyelesaikan target harian, akhirnya kuputuskan untuk berhenti sejenak dan bertanya padanya,

“Mau tunggu ana selesai, atau sedang ada keperluan yang harus dibicarakan sekarang?”

“Ah, nggak kok. Baca ajah, ana cuma ingin dengarkan saja.”

Setelah mendengar jawabannya, aku melanjutkan bacaan.

“Lho, kok Qur’annya beda?” Temanku menyela.

Aku tersenyum, lalu kusampaikan padanya apa yang terjadi siang tadi. Ia tertawa dan bilang padaku, “Bisa hilang juga…”

Lalu dia mulai berandai-andai, “Kalau dikasih Qur’an tapi bukan teks Utsmani mau nggak? Trus apa akan dibaca?”

“Wah gimana ya, kebetulan ana mau cari yang terbitan al-Huda saja ah, soalnya teksnya Utsmani tapi ada terjemahan Indonesianya.” Jawabku.

“Terus, yang dikasih itu nggak mau gitu?” Tanyanya lagi.

“Ya kalau dikasih ya pasti diterima lah… tapi kalau baca tetap pakai yang teks Utsmani.” Kataku padanya.

“Kebetulan ana ada 2 di rumah, kalau antum mau nanti ‘isya ana bawa untuk antum. Tapi dibaca ya… gimana?” Katanya dengan raut wajah yang menyorotkan keraguan.

Akhirnya kuputuskan untuk menerimanya. Toh sama-sama Qur’an, dan nggak dosa kok baca yang teksnya bukan Utsmani. Tapi mungkin aku perlu waktu lagi untuk menyesuaikan diri dengan Qur’an baru itu.

Selepas shalat ‘isya, ia menyerahkan Qur’an itu padaku. Aku menyampaikan rasa terima kasih padanya. Aku teringat pada kata-kata berupa do’a yang dikirim oleh sahabatku siang tadi. Setelah aku kehilangan Qur’an, aku mengiriminya sms,

Siang yang memilukan.
Seperti biasa kuletakkan Qur’anku
di atas tembok kran tempat wudhu,
lalu ke toilet untuk pi2s.
ktk kukembali dari toilet, kudapati
Qur’anku tak lagi berada di tempatnya,
Qur’anku hilang mas…

Beberapa menit kemudia ia mengirimiku sms balasan, isinya,

Inna lillahi wa inna
Ilaihi raji’un.

Allahumma a jirni fi
mushibati wa akhlifni
khairan minha”

(…ya Allah selamatkanku
Dlm menghadapi musibah ini &
berikan padaku ganti yang lbh baik
dari pada sesuatu yang tlh pergi)



No comments: