“Alif… Alif… bangun sayang, kita harus siap-siap sekarang nak.” Ibu membangunkan Alif yang sedang tertidur pulas, ditepuk-tepuknya tubuh kecil itu pelan.
Hari ini keluarga Pak Hamid harus bergegas menuju terminal bis di kota Tasik. Hari ini mereka sekeluarga akan hijrah ke Depok, kota di mana Pak Hamid memperoleh pekerjaan sebagai seorang guru bantu di SD Negeri Pancoran Mas VII. Ini adalah pilihan yang harus diambil agar mereka tetap bisa menyambung hidup setelah 3 bulan yang lalu Pak Hamid kehilangan pekerjaannya karena sekolah tempatnya mengajar hangus terbakar.
Selama 2 bulan Pak Hamid berusaha mencari pekerjaan, namun tak membuahkan hasil. Akhirnya sebulan lalu ia memperoleh informasi dari seorang teman yang berdomisili di Depok bahwa saat ini sedang ada perekrutan guru bantu. Akhirnya ia mencoba mengajukan diri menjadi guru bantu. Setelah menjalani beberapa tes akhirnya Pak Hamid diterima.
###
Perlahan Alif membuka matanya, lalu duduk dan memperhatikan kesibukan ibu bapaknya yang sedang mengepak barang. Pukul 4.00 pagi. Rencananya mereka akan berangkat dari terminal Tasik pukul 6.00 dengan menggunakan bis cepat Tasik – Depok. Perjalanan dari rumah ke terminal sekitar 50 menit, jadi setelah shalat subuh Pak Hamid sekeluarga akan langsung berangkat ke terminal.
“Mau ke mana kita bu?” Tanya Alif dalam keadaan setengah sadar, ia mengarahkan jari-jari ke kelopak matanya, menguceknya untuk memperjelas penglihatannya.
“Kita akan pindah rumah nak, ke tempat yang jauh dari sini. Bapak akan mulai mengajar di sana besok.” Jelas ibu padanya sambil memasukkan pakaian Alif ke dalam tas.
“Ke mana bu? Sekolah Alif gimana?”
“Kita akan pindah ke Depok nak, nanti Alif sekolahnya juga pindah ke sana.”
“Tapi bu, aku kan belum bilang ke teman-teman dan bu guru.”
“Itu sudah diurus sama bapak, Alif. Ayo kamu cepat mandi dan siap-siap shalat, setelah itu kita langsung berangkat.”
Alif bangkit dari tikar tempatnya tidur, dan berjalan menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar, lalu sayup-sayup terdengar suara adzan mengalun memecah keheningan.
Pak Hamid dan isterinya shalat sunnah dua rakaat. Setelahnya Alif iqamah tanpa komando. Pak Hamid lalu mengimami isteri dan anaknya, Alif.
Seusai shalat mereka menuju rumah Pak Ali, si empunya rumah yang ditempati Pak Hamid selama ini, mengembalikan kunci rumah dan berpamitan pada beliau.
“Tuk… tuk…” Pak Hamid mengetuk pintu rumah Pak Ali.
Beberapa saat kemudian pintu dibuka, dari balik pintu tampak seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan mukena. Ia adalah Bu saidah, isteri Pak Ali.
“Punten Bu Saidah ngaganggu enjing-enjing kieu. Pa Ali-na aya?”1
“Aya, ké antosan sakedap nya pa, urang sauran. Pa Ali nuju ngaos di kamar.”2
“Mangga bu, hatur nuhun.”3
Beberapa menit kemudian Pak Ali keluar ditemani isterinya.
“Euleuh, aya naon gening pa? Enjing-enjing tos nganjang ka rorompok?”4
“Janten kieu pa, abdi badé ngamulihkeun konci rorompok sakantenan badé pamit. Dinten ieu abdi badé mios ka Depok badé didamel sareng calik diditu pa.”5
“Meni ngadadak pisan gening?”6 Kata isteri Pak Ali.
“Puguh muhun, abdi nembé kénging infona gé sonten kamari. Sareng enjing tèh kedah tos ngawulang diditu.”7
“Oh, muhun atuh kitu wé, abdi sakulawargi pamit. Hapunten kana sagala kalepatan. Nyuhunkeun pidu’ana ka sadayana.”8 Kata Pak Hamid mengakhiri pembicaraan.
“Sami-sami pa, kahadé di jalan nya… sing barokah sareng sukses.”9 Kata Pak Ali sambil merangkul Pak Hamid erat, isteri Pak Ali menyalami isteri Pak Hamid dan mencium kening Alif.
“Mari pak, bu, assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.”
###
1 Maaf Bu Saidah mengganggu pagi-pagi. Pak Ali ada bu?
2 Ada, tunggu sebentar ya pak saya panggilkan. Pak Ali sedang baca Qur’an di kamar.
3 Baik Bu. Terima kasih.
4 Wah, ada apa nih pak? Kok tumben pagi-pagi ke rumah?
5 Begini pak, saya mau mengembalikan kunci rumah sekalian berpamitan. Hari ini saya akan berangkat ke Depok. Saya akan bekerja dan tinggal di sana pak.
6 Mendadak sekali pak?
7 Iya bu, saya baru dapat info kemarin sore. Dan besok saya harus sudah mulai mengajar di sana.
8 Baik pak, mungkin itu saja. Kami sekeluarga pamit. Mohon maaf bila selama ini banyak berbuat kesalahan. Mohon doa dari bapak dan ibu.
9 Sama-sama pak, hati-hati di jalan ya… semoga berkah dan sukses.
No comments:
Post a Comment