Friday, August 7, 2009

Dengan Apa Ia Dibangun?

“Duhai ibuku…, seandainya ibu memiliki seratus nyawa, dan ia terlepas satu per satu dari jasad ibu, maka hal itu tidak akan mengubah pendirianku untuk tetap berpegang teguh pada Islam.”

Begitu kata salah seorang sahabat Rasul saat menghadapi tekanan dari ibunya, yang kala itu memintanya kembali kepada kejahiliyahan, dan meninggalkan agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. yang telah dianutnya.

Hubungan ibu dan anak tak menjadikannya bersikap lemah menghadapi tekanan tersebut, bahkan ia semakin yakin akan pilihannya untuk berIslam.

Mari berpikir sejenak tentang ayat yang Allah sebutkan dalam surat Az Zukhruf ayat 67, “Sahabat-sahabat karib pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”

Pada ayat tersebut Allah mengingatkan kita semua bahwa sebuah hubungan perlu dilandasi oleh ketakwaan, agar kekal hingga di akhirat kelak. Ketakwaan menjadi penting, karena dengan menggunakan tolak ukur ketakwaan lah kita dapat menjaga kemurnian hubungan dari kontaminasi hawa nafsu dan motivasi-motivasi yang bersifat keduniaan. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh banyak ulama bahwa, takwa adalah bentuk ketaatan kepada Allah yang diwujudkan dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Oleh karena itu, apabila takwa menjadi dasar suatu hubungan, maka hakikatnya hubungan tersebut merupakan refleksi dari nilai-nilai yang ditetapkan bagi setiap muslim secara umum.

Sebagai contoh, Allah swt. menjelaskan dalam sebuah ayat bahwa, sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara. Berangkat dari ayat ini, sudah sepatutnya setiap muslim membina hubungan baik terhadap sesamanya sebagai bentuk penerapan nilai yang ditetapkan Allah atas mereka.

Begitu pula dalam hal rumah tangga, Allah swt. menjadikan isteri sebagai teman seperjalanan untuk mengarungi kehidupan di dunia. Dalam hal ini, pola hubungan antara satu dengan lain pun telah dijelaskan oleh Allah swt. dalam banyak ayat.

Jika kita menengok sejarah, maka kita akan menemukan contoh dari gambaran yang Allah sebutkan dalam surat Az Zukhruf ayat 67, yaitu bagaimana isteri-isteri dari nabi Luth dan Nuh mendurhakai suami-suami mereka. Begitu pula dengan anak nabi Nuh yang kala itu membangkang titah ayahnya, yang didapatkannya adalah kebinasaan.

Maka adalah sebuah kewajiban bagi kita untuk mengkaji ulang hubungan yang kita bangun dengan sahabat-sahabat kita, apakah landasannya karena nasab, harta, atau lainnya yang tidak mengantarkan pada kekekalan hubungan?

Semoga Allah swt. selalu membimbing kita semua agar dapat menjadi hamba-Nya yang istiqamah menjaga hubungan pertemanan dengan sesama kita.

No comments: