“Antum dijemput saja ya akh? Nanti kalau sudah sampai gardu tolong SMS.” Kata ketua kelompok pengajianku.
“Afwan akhi, ana tidak ingin merepotkan siapapun. Bukankah dalam al-Ma’tsurat yang selalu kita baca pagi dan petang terdapat doa yang diajarkan Rasulullah, yang isinya tentang berlindung dari hutang dan tekanan orang lain. Menurut ana hutang budi salah satunya.” Kataku padanya.
“Terus kalau yang utangin itu rela, dia kasih secara cuma-cuma masuk hitungan nggak? Ana baru dengar ada utang-piutang budi.” Katanya padaku dengan nada sedikit emosi bercampur heran.
Sepenggal dialog di atas adalah dialog antara aku dengan mas’ul pengajianku. Kala itu ia menawari bantuan untuk memberi tumpangan padaku, tetapi entah mengapa aku merasa sungkan untuk menerima tawaran itu. Sebagaimana yang kuungkapkan pada penggalan dialog di atas, aku takut berhutang budi.
Entah benar atau tidak tindakan yang aku ambil. Aku sendiri heran dengan sikapku yang sedikit ekstrim tentang masalah ini. Aku pernah mendengar taushiyah yang isinya membahas tentang doa dalam al-Ma’tsurat, isinya,
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dan sifat pengecut dan bakhil, dan dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan orang.”
Aku sangat meresapi apa yang disampaikan oleh muwajih kala itu, aku berpikir jika seseorang berada dalam tekanan hutang, maka ia tak akan memiliki keberanian untuk menyampaikan kebenaran. Alasannya adalah karena rasa sungkan yang timbul sebagai efek samping dari hutang tersebut. Seseorang akan berpikir, “Dia sudah banyak berjasa, dia telah membantu aku ini dan itu.” Itulah yang menyebabkan ia tak berani menyampaikan kebenaran.
Semakin tinggi kadar keimanan, semakin menjadikan seseorang menjadi pribadi yang memiliki rasa malu. Aku tak tahu apakah rasa malu dalam hatiku timbul karena keimanan atau karena kesombongan. Aku berdoa agar Allah senantiasa membimbing aku agar terhindar dari kesombongan, karena Rasulullah saw. mengingatkan bahwa tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun itu sebesar zarrah.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Thursday, November 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment