“Pemenangnya adalah…” Suara sang MC diiringi riuh suara penonton di sebuah gedung yang cukup megah. MC mengumumkan siapa yang berhak meraih gelar sebagai penyanyi terbaik dalam kontes menyanyi tersebut.
Setelah disebut nama pemenang, Mary menitikkan air mata. Seluruh tubuhnya lemas, tulang-tulangnya seolah tak mampu menopang tubuhnya agar tetap berdiri tegak. Ini adalah kontes ke-11 yang diikutinya, tapi sungguh malang nasibnya karena dari kesebelas kontes tersebut, tak satupun ia meraih juara, bahkan masuk 3 besar pun tidak.
Kini ia teringat wajah ibu dan bapaknya yang tak muda lagi. Telah banyak biaya yang dikeluarkan untuk dapat mengikuti kontes-kontes tersebut. Bapaknya hanya bekerja sebagai buruh pabrik, dan ibunya berjualan makanan di pagi hari di rumahnya. Orang tuanya akan selalu berusaha memenuhi keinginannya betapapun sulitnya. Itu karena Mary anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal di pinggir Jakarta.
Ia begitu terobsesi menjadi bintang karena ia ingin memiliki banyak teman, penggemar, dan ia ingin selalu menjadi pusat perhatian. Di sekolahnya, ia tak memiliki keistimewaan di bidang akademis.
Kini pikirannya tak lagi fokus pada kontes yang sedang diikutinya. 11 kali gagal membuatnya patah harapan. Ia bergegas meninggalkan panggung dengan air mata yang terus meleleh di pipinya.
###
“Bagaimana hasilnya nak?” Tanya ibu padanya setelah ia sampai di rumah.
Ia tak menjawab, dipeluknya tubuh ibu erat-erat. Ia menyatakan penyesalannya, ia berjanji tak akan menyusahkan ibu dan bapaknya lagi. Ia ingin fokus untuk belajar, mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian semester. Saat ini ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA, dan ia bertekad untuk membanggakan ibu bapaknya melalui prestasi akademis yang selama ini terbengkalai karena ia fokus pada kontes-kontes yang akan diikutinya waktu itu.
###
Sebulan telah berlalu, Mary kini mulai memperbaiki nilai-nilainya. Dan usahanya membuahkan hasil, ia mulai mendapat perhatian dari guru-guru dan teman sekelasnya, bahkan dari kelas lain pun ada yang menyapanya ketika kebetulan berpapasan.
Betapa bahagianya Mary saat ini. Dan suatu pagi ia melihat seorang siswa yang selalu menghabiskan waktu istirahatnya di mushalla sekolah. Shalat dua rakaat, kemudian membaca beberapa ayat al-Qur’an.
Kini ia memiliki aktifitas baru di waktu istirahatnya, memandangi siswa itu dari kejauhan. Ia merasakan ada getaran di hati yang semakin hari semakin jelas ia rasakan. Getaran itu mucul setiap kali Mary memandangi siswa itu di waktu istirahat. Apakah ia telah jatuh cinta?
###
Hari itu, Mary tak lagi merasa ada getaran di hatinya. Hanya kegelisahan yang dirasakannya. Ia tak mendapati siswa itu di mushalla. Ia menunggu lama tapi tak juga nampak sang siswa pujaan hatinya. Akhirnya ia mencoba bertanya pada siswi yang juga memiliki kebiasaan sama dengan siswa pujaannya. Ia masuk ke mushalla.
“Assalamu’alaikum.” Sapa Mary padanya.
Kemudian ia bertanya kemana siswa yang biasanya shalat dua rakaat dan membaca beberapa ayat di waktu istirahat.
Mia, si siswi yang ditanya itu rupanya teman sekelasnya. Lalu ia menjelaskan bahwa saat ini Ridwan tidak masuk karena harus mengantar orang tuanya ke rumah sakit.
###
“Memangnya ada apa Mary?” Tanya Mia setelah menjelaskan di mana Ridwan saat ini.
“Eh, anu… nggak kok. Aku cuma mau tahu saja.” Jawab Mary tergagap. Ia tak mungkin menjelaskan alasan sebenarnya kepada Mia.
“Begini saja, kalau kamu ada waktu, hari Sabtu sepulang sekolah ada pengajian gabungan. Kebetulan Ridwan yang akan kultum. Nanti kamu bisa kenalan dengannya juga dengan teman-temanku yang lain.” Kata Mia padanya.
“Oh, boleh. Nanti aku usahakan untuk datang.”
“OK. Ditunggu ya…”
###
Sabtu yang dinanti akhirnya tiba juga. Siang itu seusai jam pelajaran ia bergegas ke ruang kelas tempat pertemuan akan dilaksanakan. Didapatinya Ridwan telah duduk di bangku depan. Beberapa peserta telah hadir, ia mengambil posisi duduk di belakang. Beberapa menit kemudian acara dibuka dengan basmalah, pujian kepada Allah swt. dan shalawat kepada Rasulullah saw.
Temanya hari ini adalah cinta. Kemudian Ridwan memulainya dengan membaca hadits Nabi saw.:
“Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. ia bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah dia. Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit: “Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia.” Maka penghuni langit pun mencintai orang itu. Setelah itu kecintaan-Nya diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim)”
“Jadi, jika kita ingin menjadi manusia yang dicintai oleh seluruh makhluk Allah swt. di bumi ini, kuncinya adalah satu. Yaitu bagaimana kita bisa membuat Allah mencintai kita. Itu bisa lewat ibadah, akhlak yang baik yang merujuk pada Rasulullah sang teladan kita. Atau dengan amal yang lain yang dapat menghadirkan cinta Allah. Jadi bukan dengan mencari popularitas atau yang semacamnya.” Ungkapnya pada peserta. Lalu ia menyudahi kultum hari itu dengan hamdalah dan do’a penutup majelis.
###
Mary menitikkan air mata, ia teringat dengan apa yang telah dilakukannya dulu. Mengikuti berbagai kontes untuk menarik simpati manusia. Ia bersyukur karena Allah menyadarkannya dengan kegagalan. Dan kini ia lebih bersyukur lagi karena dipertemukan dengan orang-orang yang berjuang untuk kebenaran.
###
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-‘Ankabuut: 69)
Jelang siang, pukul 11.29 WIB
Depok, 12 Mei 2008.
Monday, May 12, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
assalammualaikum..
my first comment..
hmm..afwan klo keliatan'a jd kaya' sok tau. Tapi qo cerita'a "nggantung" yhaa?? Mary sadar trus ngapain?? sadar doank tanpa melakukan apa2??
Post a Comment