Thursday, March 4, 2010

Etos Kerja Muslim Sejati

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin…”

Saya sengaja membuka artikel ini dengan ayat yang terdapat pada surat At Taubah ayat 105. Tujuannya tak lain adalah agar tulisan ini memiliki alur yang jelas.

Sebagai seorang muslim, bekerja merupakan suatu keharusan. Karena dengan bekerja, seseorang memiliki izzah (harga diri) di mata orang lain. Lebih dari itu, bekerja memiliki nilai ibadah bagi setiap individu yang melakukannya. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, lelahnya seseorang akan menjadi penebus atas dosa-dosanya.

Kembali pada poin awal.

Dalam dunia kerja, yang seharusnya menjadi perhatian adalah, bagaimana menjadi pekerja yang baik. Baik dalam arti bahwa, sejatinya seseorang bekerja sesuai dengan apa yang disebutkan pada ayat pembuka di atas. Dengan demikian, motivasi yang dimiliki merupakan bentuk mental yang positif dengan corak iman yang mewarnai hati.

Ketika Allah menjadi pemantau, maka profesionalisme dalam melakukan tugas dalam pekerjaan akan lebih baik. Dilihat atau tidak oleh atasan, bekerja tetap harus profesional, sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Apabila hal itu dapat diterapkan, maka akan ada loyalitas yang tinggi, berbasis takwa kepada Allah. Tak ada lagi adegan jilat menjilat (baca: cari muka) terhadap atasan. Karena atasan bukan prioritas.

Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah saw. sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiha mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah saw. bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan).”

Begitulah seharusnya seorang muslim membangun motivasi dalam dunia kerja. Tujuannya adalah mencari keridhaan dari Sang Khalik, yang senantiasa memantau setiap aktifitas hamba-Nya. Dan hal ini pun dapat menjauhkan kita dari rasa iri terhadap rekan kerja kita yang memiliki prestasi dalam bidangnya.

No comments: