Monday, May 5, 2008

Renungan Maulid

Akhi fillah…
Dalam sebuah perhelatan maulid yang diadakan oleh sebuah pesantren di Serong, Cipayung. Ada beberapa pernyataan yang mungkin dapat dijadikan sebagai sarana untuk kita mengintrospeksi dan memutaba'ahi diri yang telah bersinggungan dengan jalan da'wah, jalan para nabi dan Rasul yang telah Allah swt. muliakan, jalan yang di dalamnya sarat dengan nuansa kebaikan.
"Sekarang ini ada satu partai yang mengaku bahwa ia mengamalkan al-Qur'an, menganggap bahwa mereka adalah orang yang memuliakan al-Qur'an. Tapi apa yang dilakukan oleh orang-orangnya jauh dari memuliakan al-Qur'an, mereka meletakkan Qur'an di bawah tanpa alas. Masih lebih baik orang NU yang menjaga adab terhadap al-Qur'an." Kata sang ustadz dengan nada tinggi bak hakim yang sedang memvonis terdakwa tindak pidana.
Kemudian sang ustadz mengutip kisah seorang yang menemukan kalimat basmalah tergeletak di tanah, lalu diambilnya sambil mengatakan: "Ya Allah, sesungguhnya engkau telah memuliakan aku, mengangkat derajatku, kini aku pun akan melakukan hal yang sama, mengangkat nama-Mu dari tanah ini."
Ikhwah fillah…
Betapa mirisnya kita ketika mendengar ceramah tersebut, orang-orang yang telah tertarbiyah justru terlihat jauh dari nilai-nilai tarbiyah. Ada hikmah yang dapat kita ambil ketika sang ustadz mengangkat masalah ini ke umum (walau sebenarnya tidak baik membuka kekurangan orang lain di dalam forum yang terkesan mencari-cari kesalahan orang lain, sebagaimana telah Allah larang dalam QS. al-Hujurat: 12, "dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.").
Apa hikmahnya? Memang tak dipungkiri beberapa ikhwah kita melakukan hal itu, baik di forum halaqah maupun dalam majelis lainnya. Pernah suatu ketika saya (pen.) melihat seorang ikhwah yang meletakkan Qur'annya di atas karpet tempatnya duduk, dan yang lebih membuat sedih adalah ketika ditambahkan di atas Qur'annya itu keripik yang kala itu sedang dimakannya. Qur'annya seolah menjadi alas makannya pada saat itu.
Salahkah? Memang tak ada ayat ataupun hadits yang secara jelas menjelaskan tata cara meletakkan Kitab Allah yang disucikan itu, tetapi tidak salah pula bila kita menjaga adab terhadapnya. Saya (pen.) pun pernah mendapat teguran dari seorang NU di masjid dekat rumah, di mana ketika saya hendak menunaikan shalat Jum'at, saya meletakkan Qur'an di karpet tempat saya berdiri. "Jangan ditaruh disitu! Taruh di atas." Katanya pada saya dengan raut wajah yang tampak kesal luar biasa. Awalnya saya tidak bisa menerima perlakuan itu (walau saya mengikuti sarannya untuk tidak meletakkan Qur'an di bawah), saya bergumam dalam hati, "Memang salah apa taruh Qur'an di bawah?"
Setelah beberapa waktu lamanya, saya bertemu sahabat lama yang kini menetap di Bogor, yang merupakan pengajar tahfizh di SDIT Ummul Qurro. Saya tanyakan hal itu padanya, dan katanya: "Sebaiknya jangan akhi… sebab kita harus menjaga adab Qur'an, tidak hanya membacanya tetapi termasuk juga adab terhadap Qur'an itu sendiri, Qur'an yang merupakan ayat-ayat Allah yang harus dijaga kesuciannya." (Penjelasan ini dikutipnya dari seorang pengajar Qira'ati yang berkunjung ke SDIT).
Akhi fillah…
Pepatah mengatakan: "Di mana bumi berpijak, di situ langit dijunjung.", kita saat ini tinggal di Indonesia yang di dalamnya banyak terdapat orang-orang Nahdhiyyin (NU), lantas apakah keegoisan kita menghalangi kita melakukan sesuatu yang baik untuk kita? Apa karena kita telah tarbiyah, berarti kita telah sempurna dan tak memiliki cela? Apa karena telah ikut halaqah berarti kita dilegalkan untuk tidak menjaga adab Qur'an yang diamalkan saudara kita di NU? Keegoisanlah yang membawa kita pada kehancuran.. bukankah dalam halaqah pun terdapat materi berkenaan dengan adab terhadap Qur'an? Maka cobalah jujur dengan hati kita, apakah kita termasuk orang yang sembarangan dalam meletakkan al-Qur'an sebagaimana dikatakan sang ustadz ketika mengisi acara maulid? Wallahu a'lam bish shawab.
Mohon maaf bila banyak terdapat kesalahan dalam tulisan ini, sesungguhnya Allahlah yang lebih mengetahui segala sesuatu yang maslahat untuk kita.

No comments: