Friday, May 16, 2008

Hasil-hasil Keimanan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Ikhwah fillah, segala puji bagi Allah swt., rabb yang telah memberikan kita berbagai nikmat. Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw. teladan kita, juga kepada keluarga, para sahabat dan pengikut beliau yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya.
Akhi.. senang sekali ana malam ini bisa jumpa dengan antum semua, ana berharap semoga kelompok ini dapat terus eksis di jalan da’wah yang terjal lagi panjang. Seperti yang telah disampaikan oleh mas’ul, ana di sini diamanahkan untuk menggantikan ustadz antum yang sedang berhalangan. Sungguh, pada hakikatnya halaqah ini adalah suatu janji yang telah kita buat, janji untuk dapat hadir setiap pekan. Janji ini pada hakikatnya adalah janji kita kepada Allah swt., dan ketika kita tidak memenuhi janji tersebut berarti kita ini munafik, akhi…
Jika tidak ada alasan syar’i maka kita berkewajiban hadir, dan bila berhalangan pun tetap harus meminta izin.
Akhi fillah, malam ini ana akan sedikit membahas tentang hasil-hasil yang didapat oleh orang-orang beriman, sedikitnya ada 7 hal yang akan Allah berikan kepada orang yang beriman.
Pertama, orang yang beriman akan diberikan pertolongan oleh Allah. Kedua, orang beriman akan dibela oleh Allah. Yang ketiga, orang beriman akan dipimpin oleh Allah. Yang keempat, orang beriman akan diberi keluasan oleh Allah. Kelima, orang beriman akan diberi keberkahan oleh Allah. Keenam, orang beriman akan diberi kehidupan yang baik, dan terakhir orang beriman akan diberikan surga oleh Allah.
Sekarang kita bahas yang pertama dulu, ayatnya ada di surat ar-Ruum ayat 47. “Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.”
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa hak Allahlah untuk memberikan pertolongan kepada orang yang beriman. Nah pertanyaannya adalah, siapa sih orang yang dikatakan beriman? Orang yang akan ditolong oleh Allah. Untuk menjawabnya, kita lihat surat al-Anfaal ayat 2-4. Di situ dijelaskan oleh Allah siapa mereka yang beriman dan berhak mendapatkan pertolongan, yang pertama adalah orang-orang yang wajilat quluubuhum, yang bergetar hatinya ketika mendengar ayat-ayat Allah. Sekarang kita lihat apa yang sedang musim saat ini? Thomas dan Uber Cup kan? Ketika adzan dikumandangkan, apa kita bergetar hatinya? Atau malah kita seru nonton pertandingan bulutangkis? Kalau seperti ini, berarti kita belum dikatakan beriman. Suatu ketika saya ditanya oleh ustadz: “Apa kamu sudah beriman? Dan apa saja yang harus diimani?”, kemudian saya menjawab: “Ya. Lalu menyebutkan rukun iman.” Lalu ustadz itu menjawab: “Kalau begitu ente masih kafir.”
Coba bayangkan akhi… sudah beriman dengan rukun iman masih dianggap kafir. Apa dasarnya? Iblis adalah makhluk Allah yang beriman kepada rukun iman, bahkan dia berdialog dengan Allah secara langsung, tinggal di surga, tetapi kenapa ia dikatakan kafir? Jawabannya adalah karena dia nggak taat kepada Allah. Ketika disuruh sujud kepada Adam dia menolak dan mengatakan bahwa dia lebih baik daripada Adam. Ini menjadi dasar bagi kita bahwa iman saja tidak cukup, tetapi harus ada realisasinya. Sam’an wa tha’ah, dengar dan taat. Bukan sami’na wa ‘ashaina, kami dengar tapi kami cuek saja, nggak taat.
Kembali ke masalah shalat, dalam sebuah hadits Rasulullah saw. menjelaskan bahwa: “Tidak didapati seseorang shalat melainkan sepersepuluh, seperdelapan, seperenam, atau seperempat.” Artinya apa akhi? Khusu’ itu susah. Jadi jika antum shalat sepuluh menit, khusu’nya itu ya cuma semenit saja dan sisanya entah ke mana.
Ada sebuah kisah fiksi, ini fiksi lho… Ada seorang anak kecil yang bisa melihat pikiran orang. Jadi setiap pikiran tervisualisasikan dalam bentuk gambar di atas kepala orang itu. Anak ini rajin shalat berjama’ah dan dia selalu tertawa ketika shalat, dia ada di barisan belakang. Ketika ditanya kenapa ia selalu tertawa, ia menjawab: “Habis lucu sih, di atas kepala imam ada pertandingan bola, di atas kepala pak fulan ada duit, dan di kepala pak fulan ada gambar cewek.”
Ini adalah kisah fiksi, bagaimana jadinya jika itu benar? Entah apa yang ada dipikiran kita ketika shalat. Jika kualitas shalat kita seperti itu apa kita ini layak mendapat pertolongan Allah?
Afwan akhi… sepertinya ana nggak bisa menyelesaikan bahasan kita, terlalu panjang jika kita harus menyelesaikan semuanya sekarang. Nanti jika ustadz antum sakit lagi, insya Allah ana lanjutkan lagi. Kata ustadz bercanda.



Disampaikan oleh ust. Adri Fatoh dalam sebuah jalasah tarbawi.

Jelang malam, pukul 21.40 WIB
Srengseng sawah, 15 Mei 2008

No comments: